Pada awal semesta tercipta, dunia merah dan dunia biru menjadi satu. Tidak ada batas di antara keduanya. Padahal, makhluk kedua dunia tersebut diciptakan berbeda.
Hingga pada suatu masa, seorang bernama Syits meminta agar kedua dunia ini dipisahkan. Sejak saat itu, ada batas tak kasat mata antara dunia merah dan dunia biru.
Makhluk-makhluk di dunia biru tidak mudah melihat atau bertemu makhluk dari dunia merah. Tapi, makhluk dari dunia merah, bisa saja melihat dan mengamati makhluk dari dunia biru.
Makhluk di dunia biru biasanya berusia 70-80 tahun. Tapi, makhluk dunia merah memiliki jatah usia yang lebih panjang. Bisa ratusan, bahkan ribuan tahun.
Di dunia merah, energi tercipta dari rasa takut. Semakin besar rasa takut yang dirasakan, semakin besar pula energi yang dapat diserap oleh makhluk-makhluk di dalamnya.
Di dunia merah, semakin besar energi yang dimiliki makhluknya, maka semakin besar pula kemungkinan makhluk tersebut berbuat semaunya–termasuk mengubah bentuk dan rupa seperti yang mereka kehendaki.
Makhluk berenergi besar tersebut, (atau mungkin makhluk-makhluk), menempati salah satu bangunan yang disewa perusahaan tempat saya bekerja.
Kisah ini adalah kisah nyata, yang dialami oleh beberapa karyawan, dan membuat kami percaya bahwa makhluk dari dunia merah benar-benar ada.
Suatu pagi, sebut saja Putri, datang ke kantor seperti biasa. Ia menuju ruangan tempatnya bekerja–ruangan tersebut sangat pengap karena berada di ruangan paling bawah bangunan tersebut. Lembab, dan tidak ada jendela atau ventilasi untuk sekadar sirkulasi udara.
Saat itu hanya ada Karina, salah satu koleganya. Ia sedang duduk menunduk, dengan tatapan kosong. Putri penasaran, tidak biasanya Karina yang sangat riang dan ceria berubah diam.
“Kamu lagi sakit, Rin?” Tanya Putri.
Tidak ada suara apapun keluar dari mulut Karina.
Putri memutuskan untuk pergi ke luar ruangan dan meninggalkan Karina sendirian. Tidak beberapa lama, suasana kantor semakin ramai. Putri kembali ke meja kerjanya dan langsung fokus kepada draft yang sedang ia garap.
Ia hampir lupa dan tidak memerhatikan, bahwa hari itu, Karina ternyata sedang izin sakit dan tidak datang ke kantor.
Setelah menyadari hal tersebut, bulu kuduk Putri berdiri. Lalu, siapa yang ia temui dan sapa pagi tadi? Putri sangat amat yakin itu Karina. Betul, Karina terlihat pucat. Tapi, Putri yakin ia adalah Karina.
Putri tertunduk lemas. Kawan-kawannya yang sadar mulai mengerubungi dan bertanya. Ia mulai bercerita dengan apa yang ia alami tadi pagi dengan terbata-bata.
Ruangan paling bawah itu mendadak mencekam. Masing-masing orang dapat mendengar degup jantungnya masing-masing. Tanpa kata, mereka tahu, bahwa mereka berdampingan dengan sesuatu yang tidak biasa–mungkin sudah berusia ratusan tahun–yang memiliki energi begitu besar hingga bisa mewujud, terlihat kasat mata, bahkan menyerupai makhluk lainnya.
Di hari yang lain, shooting video sedang berlangsung. Di studio hanya ada dua orang–videographer dan talent. Seperti biasa, talent berdiri di depan green screen, sementara videographer memantau gerakan dan suara talent.
Tiba-tiba, “Cut!” Seru videographer.Talent pun berhenti berbicara.
“Sebentar kak. Aku coba replay lagi ya.” Kata videographer. Ia mendengarkan dengan serius, sangat serius.
“Oke, Kak Dwi, boleh dari ulang gak bagian yang tadi? Ada noise soalnya.”
Kak Dwi, sang talent pun kembali mengulang scene yang diminta videographer. Di kesempatan kedua ini, Kak Dwi kembali di-cut sebelum scene selesai. Kak Dwi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, Mas Imam, sang videographer, sempat bergumam tipis, seperti melantunkan doa.
Kak Dwi masih mengulang scene yang sama. Kali ini tanpa cut di tengah, dan shooting berjalan lancar hingga selesai.
Di akhir, Mas Imam memperdengarkan dua file yang sebelumnya dia minta retake ke Kak Dwi. Setelah didengarkan dengan seksama, Kak Dwi mendengar bahwa ada suara lain yang terekam di file tersebut. Suara seorang wanita sedang bersenandung lirih. Suaranya cukup pelan, tapi terdengar jelas, tanpa kata-kata, tapi berhasil membuat bulu kuduk Kak Dwi berdiri.
Bukan apa-apa. Jika suara itu dapat terekam, artinya si pemilik suara berada di sekitar Kak Dwi selama shooting berlangsung. Ia tidak terlihat, tapi ia nyata.
Makhluk-makhluk ini mungkin tidak terlihat dalam bentuk aslinya oleh kebanyakan karyawan. Tapi, setiap kita membicarakan mereka, dengan cara apapun, dan tiba-tiba kita merasa bulu kuduk kita berdiri, biasanya, mereka sedang berada di dekat kita untuk mendengarkan dan memastikan bahwa kisah mereka diceritakan dan disebarkan kepada lebih banyak orang.
Comments
Post a Comment