Prolog
Nah, tibalah kami di sana sekitar jam 11.30 siang. Bagaimana gambaran lingkungan disana? Saya coba visualisasikan lewat google map, karena foto-foto waktu KKN tinggal sisa sedikit, yang lama ada di laptop lama yang sudah rusak dan belum sempat dipindah filenya. Hanya ada video waktu di Pondokan. Sebenarnya kami tinggal di dekat pusat pemerintahan kabupaten, tapi jangan bayangkan seperti disini ya. Pusat pemerintahan disana sepi sekali. Jauh dari mana-mana. Kami tinggal di rumah bekas bupati Keerom. Rumahnya yang saya lingkari. Depan rumah kami hutan dan kalau jalan terus ke depan, kita akan sampai di papua new genia. Kanan kiri depan belakang adalah rawa-rawa. Nah di rawa-rawa dekat rumah ini, biasanya kami pakai untuk memancing ikan gabus untuk makan setelah kami tinggal disana.
Rumahnya memang rumah sudah modern, halamannya luas bangunannya juga luas sehingga cukup menampung kami ber 29. Awalnya tidak ada yang aneh, tapi memang kelihatan rumah yang lama sudah tidak berpenghuni dan hawanya juga agak gimana. Akhirnya sampai disana kami bersih-bersih pondokan dulu. Mulai dari dalam rumah sampai rumput-rumput diluar rumah kami bersihkan. Menjelang buka pondokan akhirnya bersih dan kami berbuka dengan nasi rames yang dibelikan oleh ibu ibu dinas dari Keerom.
Suara orang menyapu menjelang sahur
Hari pertama sampai hari ketiga kami lalui dengan biasa, belum ada tanda yang aneh-aneh. Mulai dari hari keempat kami tinggal, sepertinya pemilik rumah mulai ingin kenalan. Jadi selama kami tinggal disana, kami dibagi kedalam 4 kelompok. Yang dibagi untuk memasak pagi dan malam setiap hari. Jadi setiap 4 hari sekali, kami akan memasak untuk satu tim. Waktu bulan puasa, kelompok yang bertugas memasak berarti harus masak untuk sahur. Nah, kami harus bangun pagi sekitar pukul 02.00 pagi untuk memasak, karena kami harus masak nasi dan lauk manual menggunakan kompor dari minyak, iya kompor dari minyak tanah untuk 29 orang. Nah, di hari itu, sebelum sahur, tiba-tiba aku mendengar suara orang menyapu. “Srek srek srek” “Srek srek srek” Lama-lama suara itu semakin dekat. Aku bergegas membangunkan teman sebelahku, sebut saja namanya Wita. “Wit wit bangun.” Wita menggeliat kemudian menoleh kearahku “Apaan si Rin” Kata Wita “Kamu denger gak?” Kataku setengah merinding “Iyaa denger, udah tidur lagi aja. Nanti paling habis ini pergi.” Katanya “Takut nih, mana bentar lagi harus masak buat sahur.” Aku menggerutu sambil terus melirik kanan kiri karena suara orang menyapu itu masih ada Wita kembali melanjutkan tidurnya, sedangkan aku mencoba terpejam. Beberapa menit kemudian suara itu hilang dengan sendirinya. Batu misterius Selama kami tinggal disana, aktivitas buang air besar merupakan aktivitas yang paling menyebalkan, karena disana cuman ada 1 kamar mandi untuk 29 orang. Sebenarnya kami sudah inisiatif membuat kamar mandi darurat menggunakan kain sprei didekat sumur belakang supaya tidak terlalu antri untuk mandi dan mencuci. Tapi kamar mandi darurat tidak bisa dipakai untuk buang air besar. Walhasil jadilah beberapa teman seringkali memilih buang air besar ketika malam hari. Nah posisi kamar mandi utama ini ada didekat dapur yang memiliki jendela dan langsung mengarah ke belakang rumah. Jendela itu sudah pecah sedikit, sehingga ada rongga yang bisa membuat benda-benda kecil bisa masuk. Dibelakang kamar mandi, ada tempat jemuran dan ada dua ruangan kosong yang tidak kami tempati karena sejak awal hawanya sudah berbeda. Rencana awal ruangan itu akan dipakai untuk laki-laki dan rumah utama untuk perempuan. Akan tetapi, karena hawa-hawa tidak enak, kami memutuskan untuk jadi satu saja dalam rumah utama. Suatu malam, sekitar 22.00 Aldi sedang buang besar, tiba-tiba : “Klotaakkkk” ada batu kerikil yang dilempar dari jendela kamar mandi mengenai kepala Aldi
“Hei, kau ini kenapa? Aku ini lagi berak” Teriak Aldi dengan logat bataknya yang kental
Aku dan beberapa teman yang sedang ngobrol di ruang tengah (tempat kami semua tidur) terperanjat dan bergegas ke belakang untuk memastikan apa yang terjadi. Sampai disana kami melihat Aldi sudah keluar kamar mandi sambil membenarkan celana kolornya.
“Ini siapa malam-malam main dibelakang rumah hah? Aku lagi berak dilempar pake batu. Mana main batu dilempar dari jendela kamar mandi. Ganggu orang lagi khusyuk berak aja.” Kata Aldi kesal.
“Diluar udah ga ada orang loh, kita semua udah pada didalem ini. Pintu udah dikunci dari tadi. Gerbang juga udah ditutup dari tadi.” Kata Goldi
“Ah bercanda saja kauuu.” Kata Aldi ga percaya
“Beneran woi” Kataku
“Sudah-sudah. Mungkin dia lagi pengen kenalan saja sama kau Di hahaha” Goldi mencoba mencoba mencairkan suasana
“Aah sudahlah. Besok lagi temani aku yaaaa.” Kata Aldi merajuk “Ogaaaaahhhh….” Sahut kita bersamaan Bersambung....
Penulis : AKA
Comments
Post a Comment